Sabtu, 18 Mei 2013

Sensor


Yang muncul di otak kita saat mendengar kata ini biasanya adalah pembatasan, pemotongan dan penutupan akan suatu hal, yaitu hal yang di sensor tersebut. Biasanya media yang “terkena” sensor adalah film, musik, buku dan lain-lain. Selain itu, banyak sekali opini tentang sensor ini sendiri.Ada yang pro dan ada juga yang kontra dengan adanya sensor tersebut. Nah, kali ini saya akan men-share opini saya tentang "sensor-mensensor" dan segala sesuatu yg terkait di dalamnya.Silakan disimak ya :)
Selama ini kita pasti sudah tidak heran lagi dengan yang namanya perdebatan, apalagi perdebatan antara kubu yang pro dengan adanya pensensoran dan kubu yang kontra dengan diadakannya sensor tersebut. Kedua kubu tersebut mempunyai argumen-argumen yang kuat untuk mempertahankan apa yang mereka yakini. Kubu yang pro atau mendukung adanya sensor biasanya adalah orang-orang yang agamis, yang tidak setuju dengan pengumbaran aurat dan orang-orang yang sangat melindungi anak-anaknya dari tayangan, musik dan bacaan yang berbau porno dan kekerasan. Sedangkan orang-orang dari kubu yang kontra biasanya adalah orang-orang kesenian yang merasa bahwa pensensoran banyak mengurangi nilai seni dari suatu karya seni tersebut.
Ya, kira-kira begitulah kurang lebih opini kedua kubu tersebut, kalau saya pribadi saya masih bingung berada di kubu pro atau kontra karena sebagian diri saya pro dan sebagian lagi kontra. Dan yang terbaik menurut saya adalah semua konten dan media yang diperuntukkan untuk anak-anak itu wajib disensor dan di-filter, apa yang mereka konsumsi harus yang benar-benar layak dikonsumsi oleh mereka serta tidak terdapat unsur porno dan kekerasan sama sekali. Karena mereka masih belum bisa mencerna dan belum bisa menentukan mana yang baik dan tidak untuk mereka. Sedangkan untuk konten dewasa, tidak perlu lah disensor, sebab orang dewasa sudah bisa mengetahui dengan jelas mana yang baik dan tidak, mana yang boleh dan yang tidak boleh. Dan orang dewasa sudah bisa mempertanggungjawabkan segala hal yang dia lakukan.

-Author MLA-

0 komentar:

Posting Komentar