Rabu, 29 Mei 2013

Just a Look in Censorship

Sensor mungkin memang memiliki kegunaan yang cukup banyak diantaranya adalah untuk melindungi privasi dan budaya, mengurangi unsur rasisme, membatasi anak terhadap hal-hal yg tidak senonoh, dan membentengi moral. Namun, apakah itu semua selalu benar dalam penerapannya? Pada kesempatan kali ini, mari kita membahas mengenai kasus sensor-menyensor  yang pernah terjadi di Indonesia maupun luar negeri.

1. Kasus buku anak berjudul “Ada Luka di Wibeng”

"Pokoknya asal mau sama mau gak masalah kok", Akta menegakkan telinga.

"Eh, tapi harus tahu trik-trik jitunya. Jangan sampai hamil, dan kena penyakit kelamin. Gawat kan kalo kita    kena gituan?".

"Eh, ini nih ...ada cara praktis yang manjur. Udah banyak yang ngebuktiin"


    Berikut adalah beberapa penggalan kalimat yang ada di buku anak berjudul “Ada Luka di Wibeng”. Tertera di  halaman 93, buku karangan Jazimah Al Muhyi, terbitan Era Adi Cipta Media ini bahkan memiliki gambar cover yang terkesan religius. Namun mengapa sampai ada kalimat-kalimat yang tak lolos sensor seperti itu? Bahkan buku ini merupakan salah satu buku yang didrop ke SD-SD di kabupaten Kebumen. Hal ini jelas membuat warga sekitar menjadi resah.
    Ternyata setelah diteliti lebih lanjut, si penulis menyatakan bahwa novel itu memang ditujukan kepada para remaja. Jelas jika dilihat pada covernya memang berlabel “teenagers”. Justru buku ini menyarankan para pembacanya agar tidak melakukan free sex. Kesalahan pada kasus ini adalah pada pendistribusiannya. Sudah jelas tertulis “teenagers” tetapi bisa mengapa bisa sampai masuk ke perpustakaan SD. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi para pengurus SD setempat untuk lebih mengontrol buku-buku yang masuk ke dalam sekolah mereka agar tidak terulang lagi kejadian yang seperti ini.

2. Album instrumental diberi label “parental advisory”


     Album berjudul Jazz From Hell milik Frank Zappa yang di publish tahun 1986 mendapatkan label “parental advisory”. Anehnya, album ini bahkan tidak memiliki lirik sama sekali atau hanya instrumental saja. Lagu-lagu di album ini dianggap memiliki sinyal-sinyal yang dapat meninggalkan efek tidak baik bagi imajinasi pendengarnya. Pemberian label ini bukan disebabkan oleh perintah dari Parents Music Resource Center (PMRC) ataupun organisasi lainnya melainkan murni dari pihak The Meyer Music Markets (sebuah rantai retail rekaman di Northwest Pacific).




3. Sensor Internet di China
Diawali dengan terjadinya tragedi Tiananmen Square di tahun 1989, yaitu sebuah aksi protes yang diprakarsai oleh para pemuda China demi melawan adanya inflasi Beijing, prospek karir yang terbatas, dan korupsi oleh partai elit. Mereka menyuarakan kebebasan berbicara dan kebebasan pers. Protes ini berakhir dengan pembunuhan masal sebanyak 4000 sampai 6000 rakyat jelata oleh para badan pengaman negara.
Pemerintah China kemudian memutuskan untuk menyembunyikan tragedi ini dari masyarakatnya. Mereka pun kemudian membatasi informasi yang tersebar di internet dengan cara menyuap situs-situs pencarian terkenal seperti Google dan Yahoo!. Sensorship ini digunakan untuk mencegah masyarakat China dari pengetahuan mengenai kesalahan-kesalahan saat ini dan kesalahan masa lalu yang pernah dilakukan oleh Partai Komunis yang dapat menyebabkan golongan anti-pemerintahan.

Pencarian kalimat "Tiananmen Square" pada proxy China:





 Begitu juga apabila melakukan pencarian di Yahoo!


Ya, pada mesin pencari online diatas sama-sama tidak menampilkan hal-hal yang bersangkutan dengan tragedi protes Tiananmen Square. Yang ada hanyalah pengenalan mengenai apa itu Tiananmen dan informasi-informasi general lainnya. Pemerintah China benar-benar membuat kesalahan mereka menjadi tidak terlihat. Jenis sensor yang seperti inilah yang sebenarnya paling berbahaya. Hanya masyarakat sajalah yang dituntut untuk berpikir selalu kritis dan diharapkan lebih aware dengan kasus-kasus seperti ini.

Eritrea, Negara Dengan Sensor Internet Paling Ketat

Berbicara mengenai negara dengan sensor internet paling ketat, pasti kebanyakan orang akan berpikir negara tersebut adalah Arab Saudi atau negara timur tengah lainnya. Namun faktanya, Arab Saudi hanya menempati Urutan ke-8 dalam hal keketatan sensor internet(Committee to Protect Journalists,2012).

Diluar dugaan,  negara dengan sensor internet paling ketat di dunia adalah suatu negara kecil di Afrika bernama Eritrea. Penyensoran di Eritrea tidak terkait dengan masalah konten internet yang berbau pornografi atau hal-hal semacamnya. Penyensoran internet di Eritrea lebih difokuskan pada pemusatan informasi di pemerintah atau dengan kata lain, internet “haram” untuk dikonsumsi masyarakat umum. Pemusatan informasi di tangan pemerintah ini bertujuan untuk menutupi hal atau berita buruk yang terjadi di pemerintahan agar masyarakat hanya mengetahui sisi baiknya saja.

 Di Eritrea, semua media massa yang beredar adalah milik pemerintah dibawah arahan dari Kementrian Informasi Eritrea. Wartawan membuat berita dibawah pengawasan pemerintah. Semua wartawan diarahkan untuk menutupi setiap kejadian yang dikira dapat mencemarkan nama pemerintah. Tidak jarang wartawan yang dicurigai membuat informasi tidak benar(menurut pemerintah Eritrea) akan dijebloskan ke penjara. Sadis memang. Kebebasan pers begitu dikekang di negara tersebut.

Tidak hanya wartawan, masyarakat pun dibatasi akan penggunaan internet. Hanya segelintir orang tertentu saja yang dapat mengakses internet. Semua penyedia jasa internet (ISP/Internet Service Provider) harus terhubung ke EriTel, situs resmi pemerintah yang khusus mengawasi internet di Eritrea. Tentu saja dengan adanya pengawasan seperti itu, konten-konten informasi yang ada di internet semuanya berisi hal positif tentang pemerintah. Selain hal tersebut, saat berbagai negara di belahan dunia lain terus berlomba memperbarui teknologi internet dan medianya, di Eritrea mobile internet sama sekali tidak tersedia.

         Menanggapi hal tersebut, saya sendiri merasa kurang setuju dengan perlakuan pemerintah yang sangat membatasi akses internet bahkan melarang adanya mobile internet untuk warganya. Pembatasan akses internet tersebut akan menghambat masyarakat di Eritrea dalam menerima dan mendapatkan informasi serta pengetahuan yang dapat memajukan masyarakatnya. Ada kesenjangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang besar antara warga Eritrea dan warga di negara lain yang mendukung  kebebasan pengaksesan internet. Fenomena kesenjangan pengaksesan teknologi itu bisa disebut dengan istilah digital divideOleh karena itu, menurut saya sensor itu penting untuk mengatur apa yang pantas dipublikasikan dan apa yang tidak pantas karena hal tersebut menyangkut norma dan etika. Akan tetapi  hendaknya pemerintah Eritrea tidak perlu membatasi atau bahkan melarang masyarakat untuk mengakses internet karena dari internet lah masyarakat dapat menerima informasi dan pengetahuan baru yang lebih cepat dan up to date untuk kemajuan mereka.




Senin, 27 Mei 2013

Introduction to Censhorship

      I believe that all of us have already heard about "censorship" either from mass media or colleagues. If you have ever seen a picture of victim of crimes is blurred on television or their voice is given some noises to prevent people from knowing their true identity, then it means that you have already seen one kind of censorship on television. Censorship itself is not only found in the form of news reports and television programs. But also, it can be found in the form of speech, art, books, photography, internet. So, what is censorship? Is it something which preventing you from watching the whole part of movies you like? Is it something to preserve certain moral values that some of us might believe? Or is it actually something to perpetuate the power of an oppressive regime? So, in order to answer these questions, we need to know the definition of censorship first. 


      Based on wikipedia, an online encyclopedia, Censorship is the suppression of speech or other public communication which may be considered objectionable, harmful, sensitive, or inconvenient as determined by a government, media outlet, or other controlling body. It can be done by governments and private organizations or by individuals who engage in self-censorship.  While Funk & Wagnalls New World Encyclopedia defines censorship as supervision and control of the information and ideas that are circulated among the people within a society. In modern times, censorship also refers to the examination of books, periodicals, plays, films, television and radio programs, news reports, and other communication media for the purpose of altering or suppressing parts thought to be objectionable or offensive. The point is censorship limits information we may access and spread. So, I believe that you have your own answers of the questions above right now.


      The objectives of censorship itself may vary from one country to another. One country may use it to perpetuate their power by giving a little space or even no space of speech and channel for their aspirations. While another country may use it to prevent harms and protect the rights of society. Some others even haven't imposed rules of censorship to their society.  SoI hope that now you've got a grasp of what censorship is.
      

Sabtu, 18 Mei 2013

Sensor


Yang muncul di otak kita saat mendengar kata ini biasanya adalah pembatasan, pemotongan dan penutupan akan suatu hal, yaitu hal yang di sensor tersebut. Biasanya media yang “terkena” sensor adalah film, musik, buku dan lain-lain. Selain itu, banyak sekali opini tentang sensor ini sendiri.Ada yang pro dan ada juga yang kontra dengan adanya sensor tersebut. Nah, kali ini saya akan men-share opini saya tentang "sensor-mensensor" dan segala sesuatu yg terkait di dalamnya.Silakan disimak ya :)
Selama ini kita pasti sudah tidak heran lagi dengan yang namanya perdebatan, apalagi perdebatan antara kubu yang pro dengan adanya pensensoran dan kubu yang kontra dengan diadakannya sensor tersebut. Kedua kubu tersebut mempunyai argumen-argumen yang kuat untuk mempertahankan apa yang mereka yakini. Kubu yang pro atau mendukung adanya sensor biasanya adalah orang-orang yang agamis, yang tidak setuju dengan pengumbaran aurat dan orang-orang yang sangat melindungi anak-anaknya dari tayangan, musik dan bacaan yang berbau porno dan kekerasan. Sedangkan orang-orang dari kubu yang kontra biasanya adalah orang-orang kesenian yang merasa bahwa pensensoran banyak mengurangi nilai seni dari suatu karya seni tersebut.
Ya, kira-kira begitulah kurang lebih opini kedua kubu tersebut, kalau saya pribadi saya masih bingung berada di kubu pro atau kontra karena sebagian diri saya pro dan sebagian lagi kontra. Dan yang terbaik menurut saya adalah semua konten dan media yang diperuntukkan untuk anak-anak itu wajib disensor dan di-filter, apa yang mereka konsumsi harus yang benar-benar layak dikonsumsi oleh mereka serta tidak terdapat unsur porno dan kekerasan sama sekali. Karena mereka masih belum bisa mencerna dan belum bisa menentukan mana yang baik dan tidak untuk mereka. Sedangkan untuk konten dewasa, tidak perlu lah disensor, sebab orang dewasa sudah bisa mengetahui dengan jelas mana yang baik dan tidak, mana yang boleh dan yang tidak boleh. Dan orang dewasa sudah bisa mempertanggungjawabkan segala hal yang dia lakukan.

-Author MLA-